Rabu, 24 November 2021

Tidak pernah memberatkan orang lain

Salah satu ciri seorang muslim yang benar dan bertakwa adalah selalu memberi kemudahan serta tidak mempersulit orang lain, karena memberi kemudahan adalah suatu akhlak utama yang diridhai Allah Tabaraka wa Ta'ala bagi hambanya yang beriman Padahal Allah berfirman: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (QS. AL Baqarah : 185) Rasulullah Bersabda: "Ajarilah orang lain, permudah dan jangan mempersulit mereka, dan apabila salah satu diantara kalian marah, maka hendaklah dia diam" (HR. Bukhari) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan umatnya untuk hidup mandiri. Kalau kita menelusuri jejak hidup beliau, akan kita temukan betapa beliau seorang yang sangat mandiri. Beliau tak segan mengerjakan pekerjaan kasar sebagaimana dikerjakan orang kebanyakan. Beliau sering menambal sendiri jubahnya, menjahit sepatunya, dan melakukan setumpuk pekerjaan rumah. Bagi beliau, pekerjaan kasar tidak mengurangi sedikitpun kemuliaannya sebagai Utusan Allah. Suatu hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat melakukan sebuah perjalanan dan perlu berkemah. Ketika hendak mengolah makanan, mereka berebut untuk ambil bagian. Salah seorang Sahabat berkata:” Aku yang menyembelih kambingnya.” Yang lain menyahut:” Aku yang mengulitinya.” Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam tidak mau kalah. Beliau berkata :” Aku yang mencari kayu bakarnya.” Mendengar inisiatif Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, para Sahabat kemudian berkata:” Biarkan kami saja yang mengerjakan semuanya. Lebih baik engkau beristirahat saja”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda:” Aku tahu, kalian pasti tidak menghendaki aku mengerjakan hal ini, tapi Allah tidak suka melihatku mendapatkan perlakuan istimewa seperti ini”. Setelah itu, beliau meninggalkan para Sahabat menuju padang pasir untuk mengumpulkan kayu bakar. Bagi sebagian pemimpin, mengerjakan pekerjaan kasar seperti mencari kayu bakar akan dianggap hina, atau setidaknya mengurangi gengsi. Akan tetapi bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, pekerjaan apapun yang dikerjakan secara jujur, profesional, dan bermanfaat untuk semua, maka pekerjaan itu adalah mulia. Kemuliaannya dan kehormatannya tidak berkurang sedikitpun hanya karena beliau mengerjakan pekerjaan kasar. Sebaliknya, beliau merasa bangga dan mulia jika bisa mengerjakan sendiri tugasnya, termasuk tugas kerumah-tanggaan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga pernah pergi ke pasar dan pulangnya membawa beberapa keranjang barang. Melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keberatan membawa barang-barangnya, para Sahabat berinisiatif membawakannya. Namun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera menolaknya. Beliau bersabda:” Kamilah pemilik barang ini, maka kamilah yang paling berhak membawanya.” Kemandirian yang ditekankan syariat adalah kemauan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan bekerja keras agar terhindar dari sikap meminta-minta. Dalam ajaran Islam, meminta-minta adalah pekerjaan hina yang harus dijauhi, kecuali dalam keadaan sangat memaksa. Islam tidak melarang kaum Muslim menerima pemberian orang lain, akan tetapi menjadi pemberi jauh lebih baik dan mulia. Kita semua dianjurkan untuk memberi dan menjadi “tangan di atas”. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang meringankan penderitaan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan penderitaan (kesulitan)nya kelak di hari Kiamat dan barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat (HR. Muslim). Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Orang mukmin yang kuat (jasmani dan rohani) lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang lemah. Namun begitu, keduanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu selalu dalam situasi yang bermanfaat bagi dirimu, dan mohonlah selalu pertolongan kepada Allah dan jangan bosan/malas. Jika engkau mendapat cobaan, jangan berkata ; seandainya ( tadi )aku berbuat begini dan begitu (tentu tidak akan begini jadinya). Tetapi ucapkanlah Allah Maha Kuasa dan berbuat sekehendak-Nya. Karena kata seandainya memberi peluang bagi setan. (HR. Muslim)

Doa bila khawatir hal buruk menimpa

 حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَا * ḥasbunallāhu wa ni'mal wakīlu 'alallōhi tawakkalnā. Cukuplah All...