Rabu, 24 November 2021

Suka Memaafkan dan Merelakan

Suka Memaafkan dan Merelakan Yahudi meracuni nabi Muhammad Dari Anas RA, bahwasanya ada seorang wanita Yahudi pernah membawakan daging kambing yang telah diberi racun kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu Rasulullah pun mencicipi sebagian dari daging kambing tersebut. Setelah itu wanita Yahudi tersebut dibawa ke hadapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian beliau menginterogasinya tentang perihal daging kambing beracun tersebut, maka wanita Yahudi itu menjawab, "Sebenarnya, aku ingin membunuhmu hai Muhammad dengan daging kambing beracun yang kuhidangkan itu." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya, "Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan kemampuan kepadamu untuk melakukan pembunuhan itu."Anas berkata, "Para sahabat bertanya, 'Ya Rasulullah, bagaimana jika kami bunuh saja wanita Yahudi ini.' Rasulullah menjawab, "Tidak usah."Anas berkata, "Setelah peristiwa itu, maka saya masih mengenali bekas racun daging kambing itu pada anak lidah Rasulullah." (HR. Muslim) Rasulullah Disihir Dari Aisyah RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah menderita sakit karena disihir oleh seorang Yahudi Bani Zuraiq yang bernama Labid bin Al A'sham. Aisyah berkata, "Sampai-sampai Rasulullah mengingau, seakan-akan beliau melakukan sesuatu, padahal hal itu tidak sama sekali dikerjakan."Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berdoa, selalu berdoa dan terus berdoa. Hingga pada suatu ketika, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Aisyah, 'Hai Aisyah, tahukah kamu bahwasanya Allah telah memberitahukan kepadaku tentang apa yang aku mohonkan kepada-Nya?' Aku didatangi oleh dua orang lelaki; yang satu duduk di dekat kepalaku dan yang lain duduk di dekat kakiku. Orang yang ada di dekat kepalaku bertanya kepada orang yang ada di dekat kakiku {atau sebaliknya}, "Orang ini {yaitu Nabi Muhammad} sakit apa? " Temannya menjawab, "Ia terkena sihir/santet." Ia bertanya lagi, "Siapa yang menyihirnya? " Temannya menjawab, "Labid bin al-A'sham." Ia bertanya, "Dengan apa ia menyihir? " Temannya menjawab, "Dengan sisir, rambut, dan mayang kurma" Ia bertanya, "Di mana? " Temannya menjawab, "Di sumur Dzi Arwan." Aisyah berkata, "Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam datang ke sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau seraya berkata, "Hai Aisyah, demi Allah air sumur itu berwarna kemerah-merahan dan pohon kurmanya bagaikan kepala syetan." Kata Aisyah: Lalu saya bertanya, "Ya Rasulullah, apakah engkau telah membakarnya?"Beliau menjawab, "Tidak. Yang terpenting, Allah telah menyembuhkanku. Aku tidak suka membalas kejahatan orang lain. Oleh karena itu, aku diperintahkan untuk menguburnya saja." Maka peralatan santet itu pun langsung di kubur (HR. Muslim) Kisah Di Dzatur Riqa’ (Da’tsur?) Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, "Kami pernah menyertai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu pertempuran di sekitar Najd. Kami melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di suatu lembah yang banyak pepohonan besar dan berduri. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berhenti di bawah sebuah pohon. Lalu beliau gantung pedang beliau di salah satu cabang pohon tersebut. Jabir berkata, "Pada saat itu, para sahabat pergi berpencar di lembah itu untuk bernaung di bawah pohon-pohon yang rindang." Kemudian Rasulullah bersabda, "Tadi ketika aku sedang tidur di bawah pohon, ada seorang laki-laki yang mendatangiku seraya mengambil pedangku. Tak lama kemudian, aku pun terjaga dari tidur, sedangkan dia telah berdiri di atas kepalaku. Aku telah mengetahui bahwasanya ia telah siap dengan pedang di tangannya. Dia berkata, "Hai Muhammad, siapakah yang dapat menghalangiku untuk membunuhmu?" Dengan tegas aku menjawab, "Allah." Ia bertanya lagi, "Siapakah yang dapat mengahalangiku untuk membunuhmu?" Aku menjawab, "Allah." Akhirnya orang tersebut menyarungkan kembali pedangku itu dan inilah orangnya sedang duduk."Ternyata Rasulullah tidak menyerang sama sekali untuk membalasnya. (HR. Muslim) 'Aisyah Radhiallaahu anha kembali mengungkapkan: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Ta'ala. Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah Ta'ala dilanggar orang, maka beliau adalah orang yang paling marah karenanya. Dan sekiranya beliau diminta untuk memilih di antara dua perkara, pastilah beliau memilih yang paling ringan, selama perkara itu tidak menyangkut dosa." (HR. Al-Bukhari) Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ada seorang pria bertanya; Ya Rasulullah, aku punya banyak kerabat dan aku berusaha menyambung (silaturahim) mereka, namun mereka memutuskan (silaturahim) kepadaku. Dan aku tetap berusaha baik kepada mereka, namun mereka membalasnya dengan keburukan terhadap aku. Dan aku selalu sabar menghadapi mereka, sedangkan mereka terus menyakitiku. Beliau bersabda: “Jika keadaanmu seperti apa yang kamu katakan, maka itu seolah-olah kamu memberikan abu panas kepada mereka. Dan kamu akan tetap ditolong Allah selama kamu tetap berbuat demikian.” (HR. Muslim) Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tentang akhlak yang baik, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf [7] : 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya) Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.” (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy). Sabda Rasullulah, “Tidaklah Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan.” (HR: Muslim)

Doa bila khawatir hal buruk menimpa

 حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَا * ḥasbunallāhu wa ni'mal wakīlu 'alallōhi tawakkalnā. Cukuplah All...