Rabu, 24 November 2021

Jujur

Jujur Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke surga. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berkata jujur hingga dia disebut sebagai "shiddiq" dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berdusta dia akan dituliskan di sisi Allah sebagai "kadzdzab" (sang pendusta)". (HR. Bukhari dan Muslim) Anas RA berkata, "Dalam hampir setiap khutbahnya, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam selalu berpesan tentag kejujuran. Beliau bersabda, 'Tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Tidak ada agama bagi orang yang tidak konsisten memenuhi janji'." (HR Ahmad, Bazzar, Thobroni) Rosululloh bersabda ;" tinggalkanlah urusan yang meragukanmu, lakukanlah suatu pekerjaan yang tak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran itu menyebabkan ketenangan sedangkan dusta menyebabkan kebimbangan( keraguan.)" (HR.Turmudzi) Dari hadits tentang kejujuran yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa kejujuran itu sangatlah istimewa, bahkan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sendiri menyampaikanya hampir di setiap khutbahnya. Kejujuran di Masa Muda Di masa muda, jauh sebelum pendakwaan beliau sebagai nabi, para pemuka Arab telah mengakui kejujuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan menyebutnya sebagai al-amin. Hal itu dapat kita jumpai dalam peristiwa pemugaran Ka’bah, suku-suku berselisih tentang siapa yang paling berhak memindahkan Hajar Aswad, sampai akhirnya diambil kesimpulan bahwa siapa yang datang paling pertama kesokan harinya maka apapun keputusannya, itulah yang akan diterima. Keesokan harinya ternyata yang datang pertama kali adalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Maka mereka yang melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang datang pertama, mereka langsung mengatakan: – haa dzal amiin (ini adalah orang yang jujur), kita senang karena orangnya adalah Muhammad (Shallallahu 'alaihi wasallam.)". Tetapi dalam pelaksanaannya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam tidak egois melainkan beliau menyuruh untuk membawa sehelai kain, yang mana setiap pemuka suku masing-masing memegang setiap sudut kain dan mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama. (Assiratunnabawiyyah li ibni Hisyam isyaaratu abi umayyata bitahkiimi awwali daakhilin fakaana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. ) Kesaksian Siti Khadijah r.a. Kemudian perhatikanlah akhlak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di masa muda yang beliau jalani. Setelah Khadijah r.a mendengar perihal kebenaran tutur kata, kejujuran dan keluhuran budi pekerti beliau (Shallallahu 'alaihi wasallam) maka beliau (r.a.) mempercayakan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam untuk berniaga dengan menyerahkan hartanya kepada beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Dalam perjalanan itu Maisarah, pembantu Siti Khadijah r.a., juga ikut bersama beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Pada saat kembalinya, Maisarah menceriterakan ihwal perjalanan beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah mendengar kisah perjalanan itu Khadijah sangat terkesan dengan kisah perjalanan itu. Maka kemudian beliau menyuruh mengirim pinangan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau terkesan karena beliau (Shallallahu 'alaihi wasallam.) sangat memperhatikan ikatan tali kekerabatan, terpandang di masyarakat, seorang yang jujur dan memiliki budi pekerti yang luhur serta senantiasa berkata benar. (Assiratunnabawiyyah liibni Hisyam hlm. 149.) Kesaksian Abu Sufyan Ibni Abbas r.a meriwayatkan bahwa Abu Sufyan bin Harb memberitahukan kepada beliau bahwa "Pada saat saya pergi ke Syam bersama kafilah para pedagang, Raja Romawi Heraklius memanggil kafilah kami supaya dia bisa menanyakan beberapa pertanyaan berkenaan dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Abu Sufyan memberikan keterangan mengenai pembicaraan beliau di istana Raja Roma kepada Heraklius bahwa "Dia (Heraklius) menanyakan kepada saya beberapa pertanyaan. Salah satu diantara pertanyaan itu adalah bahwa: Apakah sebelum pendakwaannya kalian telah menuduh dia berkata dusta? Sebagai jawaban kepadanya saya mengatakan bahwa kami tidak pernah menuduhnya berdusta. Maka Heraklius berkata bahwa ketika kamu memberikan jawaban dalam bentuk negative (kata tidak), maka saya dapat memahami dalam keadaan seperti itu tidak pernah terjadi bahwa seseorang yang tidak pernah berdusta kepada siapapun tetapi tetapi kepada Tuhan dia berdusta". Heraklius bertanya, "maa dzaa ya'murukum - apa yang Muhammad perintahkan kepada kalian?" Abu Sofyan menjawab, "Dia memerintahkan kepada kami, sembahlah Allah yang merupakan sembahan yang benar dan Tuhan Yang Esa dan janganlah menyekutukan-Nya dengan apapun dan tinggalkanlah apa yang nenek-moyang kalian katakan. Dan dia memerintahkan kepada kami untuk melakukan shalat, senantiasa berkata benar, menjadi orang yang suci bersih dan memperhatikan ikatan tali silaturrahmi". Maka selanjutnya Heraklius mengatakan bahwa "Apa yang engkau katakan jika itu benar maka tidak lama lagi dialah yang akan menjadi pemilik dimana tempat kaki saya berpijak sekarang ini". (Bukhari kitab badul wahyi nomor 7. )

Doa bila khawatir hal buruk menimpa

 حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَا * ḥasbunallāhu wa ni'mal wakīlu 'alallōhi tawakkalnā. Cukuplah All...